Bogor,neocakra.com _Aktivis dan ahli hukum, Prof Dr. Eggi Sudjana, S.H., M.Si., memperkenalkan konsep berpikir dan bertindak yang ia sebut Teori OST JUBEDIL, singkatan dari Objektif, Sistematis, Toleran, Jujur, Benar, dan Adil. Teori ini menjadi refleksi moral dan intelektual yang ditujukan bagi siapa pun yang berkiprah di bidang hukum, politik, dan sosial kemasyarakatan.
Menurut BES sapaan akrab nya OST JUBEDIL merupakan pedoman agar seseorang dapat bersikap konsisten terhadap kebenaran dan keadilan.
“Bangsa ini butuh manusia yang berpikir objektif, sistematis, dan toleran, serta bertindak jujur, benar, dan adil. Itulah hakikat OST JUBEDIL,” ujar BES kepada media matapenanews.com di sela sela acara Reuni HMI di Bogor pada Minggu 19 Oktober 2025
Dalam paparannya, ia menjelaskan bahwa Objektif berarti berpikir berdasarkan fakta dan realitas; Sistematis menuntut keteraturan dan logika dalam bertindak; Toleran menunjukkan penghargaan terhadap perbedaan pandangan. Sementara itu, Jujur dan Benar menjadi fondasi moral, dan Adil merupakan puncak nilai sosial yang harus diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Silaturahmi Bernilai Moral
Dalam kesempatan yang sama, BES (Bang Eggi Sudjana) juga menyinggung pentingnya menjadikan silaturahmi bukan sekadar tradisi, tetapi sebagai momentum pembangunan moral.
“Silaturahmi itu sudah biasa lebaran, reuni, kumpul-kumpul. Tapi kalau tidak ada nilai di dalamnya, semua itu hilang begitu saja,” ujarnya.
BES menuturkan, momen silaturahmi seperti yang ia hadiri setelah lebih dari 40 tahun sejak masa aktifnya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) seharusnya menjadi wadah menanamkan nilai-nilai dasar kehidupan
Ia menilai, banyak upaya kebangsaan yang tidak mencapai hasil karena tidak dibangun di atas dasar nilai-nilai yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Dari ASI Menuju OST JUBEDIL
Lebih lanjut,BES i menjelaskan bahwa pondasi moral dapat dirumuskan dalam program “ASI”, akronim dari Al-Qur’an, Shalat, dan Infak. Ia mendasarkan gagasan ini pada surat Fathir ayat 29, yang menekankan tiga perintah pokok: membaca Al-Qur’an, menegakkan shalat tepat waktu, dan menunaikan infak.
“Program ASI ini adalah program moral pembentuk karakter manusia. Dari ASI akan lahir cara berpikir OST JUBEDIL,” jelasnya.
Menurutnya, siapa pun tanpa memandang agama, suku, atau nasionalitas — bisa menerapkan nilai OST JUBEDIL, karena prinsip berpikir objektif, sistematis, dan toleran adalah universal, sedangkan nilai jujur, benar, dan adil merupakan hasil dari pemikiran yang berakar pada moralitas.
Kritik terhadap Realitas Sosial
BES juga menyoroti tingginya angka kriminalitas, khususnya di wilayah Jabodetabek, sebagai bukti lemahnya penerapan nilai-nilai moral dan keadilan.
“Kriminalitas tinggi karena kita belum peduli. Kalau yang jadi korban keluarga kita sendiri, baru kita sadar pentingnya berpikir objektif dan menegakkan hukum Allah,” katanya.
Ia menegaskan, manusia yang membaca Al-Qur’an, menegakkan shalat, dan berinfak akan terhindar dari perbuatan keji dan munkar serta menumbuhkan kepedulian sosial.
“Kalau ada kepedulian sosial, tidak akan ada kerusuhan. Semua saling peduli,” tambahnya.
Pesan untuk Pemerintah
Menutup penyampaiannya, BES berharap agar Presiden Prabowo Subianto menjadikan konsep OST JUBEDIL dan ASI sebagai pola pikir nasional bagi para pejabat dan pemimpin bangsa.
“Saya berharap Pak Presiden membahas OST JUBEDIL ini sebagai pola pikir kenegaraan yang berisi nilai-nilai Al-Qur’an, Shalat, dan Infak. Pemimpin itu jangan sekuler,” pesan BES
Ia juga menyatakan dukungannya kepada pemerintahan Presiden Prabowo yang dinilainya memiliki arah kepemimpinan yang baik dan perlu diperkuat dengan nilai-nilai moral keislaman dan keadilan sosial.
Konsep OST JUBEDIL kini mulai diperbincangkan di kalangan akademisi dan mahasiswa hukum sebagai bagian dari wacana etika hukum dan kepemimpinan di Indonesia.